Artikel Analisis Diri, Keluarga, dan Lingkungan

Saya Rahma. Terlahir sebagai anak pertama dari sebuah keluarga suku Jawa dan dibesarkan di Tanah Sunda, Kota Bandung. Besar di salah satu kota besar di Pulau Jawa membuat saya akrab dengan sikap individualis masyarakat perkotaan yang jarang mau terlibat dalam urusan orang lain. Saya merupakan orang yang easy-going, selama hal yang diperbuat orang-orang disekitar saya tidak merugikan dan/atau mengusik saya. Saya juga mudah menyesuaikan sikap saya dengan orang yang baru saya temui. Apabila saya mulai terusik, sulit bagi saya untuk mengendalikan emosi. Namun dibanding masa SMP, pengendalian emosi saya saat ini jauh lebih baik. Saya tetap berusaha untuk mengendalikan dan meredam emosi saya. Kekurangan saya yang lain ialah saya mudah tertidur di kelas, walaupun di malam sebelumnya saya cukup tidur (tidak begadang). Masalah ini masih sulit untuk saya atasi. Terkadang saya siasati dengan meminum minuman berkafein sebelum kelas atau memakan permen mint sembari mencatat agar saya tidak tertidur selama kelas berlangsung. Orang tua saya sangat memprioritaskan pendidikan anak-anaknya diatas segalanya. Mereka tak segan mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk suatu hal, semasa hal tersebut berhubungan dengan pendidikan dan masuk akal. Masa kecil saya banyak dihabiskan dengan waktu berdiam diri di rumah, membaca buku-buku ensiklopedia, novel, majalah, atau sekedar menghabiskan waktu di depan PC milik Bapak karena mayoritas penduduk di lingkungan tempat saya tinggal merupakan orang-orang yang sudah bekerja dan pensiunan sehingga saya tidak memiliki teman sebaya. Kedua orang tua saya bisa terbilang sibuk dan jarang berada di rumah. Namun jika libur sekolah atau long week-end mereka selalu menyempatkan diri untuk berlibur bersama saya dan adik. Kami diajarkan untuk mengapresiasi alam dan lingkungan sekitar. Kami biasa menghabiskan waktu libur dengan pergi hiking dan trekking di Taman Hutan Raya Ir.Djuanda yang letaknya tak begitu jauh dari rumah, melakukan aktivitas seperti outbond, atau berenang. Mungkin hal ini yang membuat saya mudah beradaptasi dan lebih peka terhadap lingkungan baru. Sayang, karena kesibukan keduanya hubungan saya dan orang tua kurang begitu baik dan kurang terbuka. Terlebih saat ini saya tinggal terpisah dengan orang tua. Untuk mengatasinya saya berusaha menyempatkan menghubungi mereka di tiap minggunya. Hubungan saya dan adik bisa terbilang cukup erat. Adik saya terkadang berlaku lebih dewasa dibanding saya walaupun umur kami terpaut 5,5 tahun. Saya selalu menyempatkan diri mengontak adik saya di tiap minggunya untuk sekedar bertanya mengenai kabar orang tua ataupun kegiatannya disekolah. Lingkungan tempat saya tinggal di Bandung merupakan lingkungan yang nyaman, dekat dengan masjid, dan akses yang mudah ke pusat kota namun bukan merupakan jalan umum sehingga tidak bising oleh kendaraan yang berlalu lalang. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, mayoritas penduduk di ilingkungan tempat saya tinggal merupakan orang-orang yang sudah bekerja dan pensiunan. Sehingga sesama penghuni di lingkungan saya kurang dekat, walaupun masih bertegur sapa saat berpapasan. Waktu dimana kami melakukan banyak interaksi ialah saat acara gotong royong membersihkan komplek per tiga bulan atau acara berlibur bersama yang biasanya diadakan 2 tahun sekali. Sedangkan lingkungan tempat saya tinggal sekarang merupakan kos-kosan dengan sifat individualis karena tidak ada ruang aktivitas bersama. Saya hanya mengenal kurang dari 7 orang di tempat tinggal saya walaupun jumlah kamar yang ada lebih dari 25. Mayoritas penghuni merupakan mahasiswa S2 dan karyawan. Biasanya kami saling bertegur sapa jika berpapasan hendak ke tempat parkir. Lingkungan tempat saya indekos juga dekat dengan masjid dan tidak terletak di jalan umum sehingga cocok untuk belajar karena tidak bising. Hanya saja agak rawan jika saya pulang kemalaman karena penerangan jalan menuju kos yang kurang memadai dari jalan utama dan lingkungannya yang sepi. Terkadang saya ikut sholat subuh berjamaah di masjid agar lebih mengenal tetangga disekitar tempat kos saya. Lingkungan kampus saya, yaitu Departemen Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada terbilang kondusif untuk menuntut ilmu. Sirkulasi udara disekitar gedung-gedung departemen juga memadai karena dikelilingi pepohonan rindang. Hanya disayangkan tempat parkir motor di DTMI tidak memiliki atap, sehingga apabila hujan helm-helm yang ditaruh di motor akan basah. Menurut saya sebaiknya disediakan tempat penitipan helm atau membangun atap/kanopi di parkiran.

Leave a Reply